Zahra Fuaida Hafiz Cilik Asli Gondanglegi - Jawara Hafiz Indonesia RCTI 2018
Aida, namannya menjadi buah bibir masyarakat tanah air. Seorang anak yang telah mengharumkan Bumi Kanjuruhan Malang Raya setelahmenjuarai ajang Hafiz Indonesia RCTI 2018.
Terlahir dari keluarga dengan ekonomi yang kurang mampu, gadis yang lahir dengan nama Zahra Fuaida Hakim ini mampu mencuri perhatian juri-juri handal dalam bidangnya seperti Syekh Ali Jaber (Dai Kelahiran Madinah) Syekh Abdul Karim Al-Makki (Qori Internasional dari Mekkah), Dr. Amil Faishol Mahmud (Mufassir Al-Qur’an alumni International Islamic University Islamabad, Pakistan) Nabilah Abdurrahim Maryam (Pengajar di sebuah Lembaga Al-Qur’an Saudi Arabia), TGB KH. Muhammad Zainul Majdi, (Gubernur Nusa Tenggara Barat). Terpilihlah Zahra Fuaida binti Lukman Hakim asal Kabupaten Malang sebagai juara pertama dalam ajang yang memperebutkan hadiah puluhan juta rupiah dan umrah gratis ini. Tak cukup itu Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang saat itu diwakili oleh Wakapolri Komisaris Jendral Syafruddin memberikan kesempatan Aida beserta kedua orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Aida, begitulah nama panggilan dari putri sulung dari pasangan keluarga guru honorer Bapak Lukman Hakim (Mengajar di MI Miftahul Huda Sukorejo Gondanglegi) dan Ibu Sofia (Mengabdi di SMP Roudlotul Ulum Ganjaran dan MTs Zainul Ulum Ganjaran) ini. Terlahir pada Selasa 29 Mei 2009, Aida merupakan sosok anak yang cukup cerdas dibanding anak seusianya. Bagaimana tidak di usia yang masih 9 tahun ini, siswa kelas 3 di Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Huda, Sukorejo, Gondanglegi ini sudah mampu menghafal Al-Qur’an 12 Juz secara mutqin.
Aida memulai proses menghafal Al-Qur’an pada usia 6 tahun atau saat duduk di bangku TK Sunan Giri, Sumberjaya, Gondanglegi. Awalnya ayahandanya sendiri yang mengajarkan Al-Qur’an sebelum kemudian memasukkan ke TPQ yang hanya dalam jangka satu tahun saja sudah lulus atau khatam membaca Al-Qur’an dengan bin-nadhor (melihat mushaf). Dalam kesehariannya kakak dari Adziya Qotrun Nada Hakim ini siang selepas sekolah, pulang ke rumah untuk tidur siang. Setelah sholat ashar ayahnya mengantarkannya mengaji ke TPQ Al-Islamy di desa Ganjaran Kecamatan Gondanglegi.
Setiap hari setelah subuh, sang ayah menyimak hafalan lama Aida dan membantu menyiapkan untuk setoran hafalan nanti sore. Meski hanya hafal surat-surat pilihan, namun dengan tekun serta istiqomah pria asal Jenggolo, Kepanjen, Malang ini mendengarkan ayat demi ayat yang dilantunkan buah hatinya ini dibantu oleh istri tercintanya yang asli Desa Sumberjaya ini.
Proses Aida sampai menjadi Jawara Hafiz Indonesia memang tak mudah. Sebagaimana dituturkan oleh ayahnya ini diawali dengan pengumuman di website resmi RCTI. Aida mengikuti proses seleksi via video call dari rumahnya. Setelah dinyatakan lulus Aida harus berangkat ke Jakarta untuk mengikuti seleksi lanjutan bersama 60 peserta lain dari seluruh Indonesia. Dalam tahapan seleksi Hafiz Indonesia memang terdiri dari 5 tahap yakni tahap Salamah (audisi), Tahap Muqadimah (perkenalan), Tahap Izaalah (eliminasi), Tahap Musabaqah (perlombaan) dan, Wisuda Akbar (babak terakhir). Dan keluarlah Aida menjadi juara satu Hafidz Indonesia RCTI 2018.
Ada kisah menarik di balik kemenangan Aida. Sebelum mengikuti proses audisi,Aida pernah berkata kepada ayahandanya, “Yah, saya bermimpi. "“Mimpi apa anakku?," tanya Sang Ayah “Saya bermimpi dipangku oleh Syekh Ali Jaber," Jawab Aida. “Alhamdulillah anakku, kita akan pergi ke Jakarta. Kita tidak mencari kemenangan, kita tidak mencari apa-apa, jika Allah menakdirkan bahwa kamu akan dipangku oleh Syekh Ali Jaber,” Jelas Sang Ayah
Saat kisah itu disampaikan dengan berkaca-kaca di hadapan dewan juri, pada suatu sesi Syekh Ali Jaber maju ke depan panggung dan benar-benar memangku Aida. Guru Al-Qur’an dari Tanah Suci ini memangku dan mencium tangan Aida. Dari sinilah ternyata yang menjadi isyarat dari mimpi yang menghantarkan Aida menjadi juara.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitu pepatah mengatakan. Keberhasilan Aida ini tak lepas dari keistiqomahan kedua orangtuanya dalam mendidik buah hatinya. Saat saya bersilaturrahmi kepada KH. Muhammad Kholili, ada yang mengatakan hal itu berkat puasa di siang harinya dan sholat malam yang terus dilakukan untuk menunjang keberhasilan buah hatinya. Hal itu juga diamini Kyai asli Bangkalan alumni Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan ini, beliau juga menambahkan bahwa sosok kebaikan dari Pak Lukman yang tak lain adalah ayah Aida sudah terlihat dari sejak mengaji kepada beliau di lingkungan pesantren yang dirintis oleh Almaghfurlahu KH. As'ad Ismail dari Sampang yang pernah menyantri Syaikhona Kholil Bangkalan ini.
Pak Lukman dikenal masyhur akan keistiqomahan dan ketekunannya dalam menyantri sampai sempat mengajar di Madrasah Diniyyah dalam lingkup pesantren yang berada di samping Masjid Asy-Syafiyyah, Ganjaran. Selain itu menurut Gus Nawawi, Guru Ngaji Aida. Kesuksesan ini berkat dari cita-cita luhur dibarengi ikhtiar serta istiqomah dari kedua orangtualah yang menjadi kunci sukses Aida dapat meraih prestasi gemilang yang sudah patut disyukuri.
Saat ini berjibun kenikmatan datang bertubi-tubi datang menghampiri Pak Lukman sekeluarga mulai dari hadiah senilai Rp.135.000.000,00, 3 paket haji dan 3 paket umrah. Tamusetiap hari berdatangan untuk sekedar bersilaturrahmi ke kontrakannya sederhananya yang berada di pintu perbatasan Desa Sumberjaya dan Desa Bulupitu ini. Begitulah Aida yang awalnya bercita-cita ingin membangunkan rumah untuk kedua orang tuanya ternyata mampu menghantarkan kedua orang tua di Baitullah di Makkah al-Mukarromah dan Insya Allah kelak akan menuntun keduanya di rumah keabadian di Surga Jannatul Firdaus.
0 komentar:
Posting Komentar