Pendeta itu memiliki pengetahuan yang luas tidak hanya mengetahui tradisiYahudi dan Kristen,tetapijuga mengenai Islam. Ia pun mengetahui kitab suci al-Quran dan sangat menghargai Nabi Muhammad Saw.
Sebenarnya, pendeta itu ingin masuk Islam. Hanya saja, ia masih meragukan satu hal yaitu bahwa Mi’raj Nabi Muhammad Saw. terjadi berikut raganya.
Mi’raj itu terjadi ketika Nabi Saw. diperjalankan dari Makkah ke Yerusalem dengan jasad dan ruh beliau. Kemudian naik ke tujuh lapis langit serta menyaksikan banyak hal. Beliau Saw.melihat surga danneraka, lalu bertemu dengan Allah Swt. yang menyampaikan sembilan ribu kata. Saatpulang dariperjalananitu, kasur NabiSaw. belummendingin dan daun yang tersentuh dalam perjalanan belum berhenti bergoyang
Sang pendeta tidak menerima peristiwa Mi’raj itu dan segala yang disampaikan Nabi Saw. Karena akalnya tidak dapat menerima fenomena serupa itu.
Khalifah mengundang para bijak bestari dan para syaikh untuk menyakinkan si pendeta. Namun tak ada satupun yang mampu. Kemudian pada suatu sore,ia memohon kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani untuk menyakinkan si pendeta mengenai kebenaran Mi’raj Nabi Saw.
Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani datang ke istana, si pendeta dan khalifah tengah bermain catur. Saat pendeta mengangkat sebuah bidak catur, tiba-tiba matanya beradu pandang dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Si pendeta memejamkan matanya. Ketika membuka mata, tiba-tiba ia berada di sebuah sungai dan dihanyutkan oleh alirannya yang deras
Ia berteriak minta tolong Seorang penggembala pemuda lompat ke sungai menyelamatkannya. Ketika pemuda itu menyelamatkannya, ia sadar bahwa ia tidak berpakaian dan dirinya telah berubah menjadi seorang gadis (wanita).
Si penggembala menghormati, menjaga dan melindunginya. Namun karena tak ada tempat yang ditujunya, si penggembala menikahinya. dan bahkan dari pernikahan itu mereka sampai memiliki tiga orang anak. (Hitung kira kira berapa waktu yang dibutuhkan untuk memiliki 3 orang anak ?)
Suatu hari, saat si istri (pendeta itu) mencuci pakaian di sungai yang menghanyutkannya beberapa tahun silam, ia tergelincir dan jatuh ke air.
Ketika sadar dan membuka mata, ia dapati dirinya masih duduk di hadapan khalifah, memegang bidak catur dan masih bertatap pandang dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Lalu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berujar kepadanya: “Hai pendeta yang malang, apakah saat ini kau masih enggan mengakui?”
Si pendeta yang masih ragu dan menganggap apa yang dialaminya itu hanyalah mimpi, dan mengelak seraya menjawab: “Apa yang kau maksudkan?”
“Apakah engkau ingin berjumpa dengan anak dan suamimu?” Tanya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seraya membuka pintu.
Dan di depan pintu istana itu telah berdiri si penggembala dengan tiga orang anaknya. Mengalami runtutan kejadian itu, si pendeta langsung menyatakan keimanan dan mengakui kebenaran Mi’raj Nabi Saw. Ia dan jamaahnya yang berjumlah sekitar lima ribu orang akhirnya masuk Islam melalui Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
0 komentar:
Posting Komentar